Selasa, 09 Oktober 2012

gadar tentang obstruksi saluran nafas kronis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Obstruksi saluran nafas kronis yaitu penyakit yang  dikarakterisir oleh adanya keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh bronkitis kronis, emphysema atau keduanya. Salah satu dari obstruksi saluran nafas cronis adalah PPOK dimana Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam  perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi  akut.
            Berbagai faktor  berperan  pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan Obatruksi saluran nafas cronis perlu diperhatikan factor-faktor tersebut, sehingga pengobatan Obstruksi saluran nafas cronis menjadi lebih baik.
1.2.      Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul ” Obstruki saluran nafas cronis” ini adalah untuk membahas patofisiologi, gejala-gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan prognosis bagi penderita penyakit ini mengingat kasus Obstruksi Saluran Nafas Cronsi semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan begitu diharapkan kita mampu menekan angka morbiditas dan mortalitas Obstruksi Saluran Nafas Cronsi
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS

A.    DEFINISI
Obstruksi saluran nafas kronis merupakan sekumpulan gejala dan tanda yang diakibatkan oleh sumbatan di saluaran nafas bagian atas. Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tidak dapat memberikan pernafasan buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung. Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karna benda tersebut menyumbat airway sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sada akan menjadi tidak sadar (karna otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi. Penyebab sumbatan yang banyak ditemukan adalah “makanan”.
B.     ETIOLOGI
1.      Kelainan kogenital hidung atau jaringan
-          Atresia koana
-          Stenosis supra glottis, glottis dan infra glottis
-          Kista dukstus tiroglosus
-          Kista brankiogen yang besar
-          Laringokel yang besar
2.      Trauma
3.      Tumor
4.      Infeksi akut
5.      Paralisis satu atau kedua plika vokalis
6.      Pangkal lidah jatuh kebelakang pada pasien tidak sadar
7.      Benda asing
Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :
a.    Laring
Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis, pernapasan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur bentuknya.
b.    Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat dibagi pada bagian atas pada trachea, dan pada brongkus.

C.    PATHWAY

D.    KLASIFIKASI
1.      Sumbatan parsial
Tersendak terjadi bila benda asing masuk kea rah paru-paru dan menyumbat jalan nafas kea rah paru-paru. Bila penderita bias menghilangkan penyumbata denga cara batuk-batuk keras, maka tidak perlu dilakukan pertolonga lagi. Tetapi bila penderita terus tersedak sehingga sesak nafas maka perlu segera dilakukan pertologan pertama. Gejala :
-          Tersedak, tetapi tetap bias bernafas batuk dan berbicara
-          Sesak bicara
2.      Sumbatan total
Perlu tindakan segera dan anda hanya mempunyai waktu 3 menit untuk mengambil sumbatan, sebelum terjadi kerusakan otak karena kekurangan oksigen.
Gejala :
-          Tersedak dan tidak bias bernafas, batuk atau bicara
-          Muka menjadi biru
Kelainan klinis yang terjaid ditentukan oleh 3 faktor :
1.      Lokasi dari obstruksi yang terjadi
Bila obstruksi terjadi sebelum karina, maka obstruksi tersebut berbahaya dibandingkan bila terjadi di bagian distal dari bronkus. Hal ini disebabkan oleh karena obstruksi ini bersifat total, disamping itu mekanisme konpensasi pada obstruksi distal lebih baik dari obstruksi di proksimal.
2.      Tingkat dari obstruksi yang terjadi
Makin total suatu tingkat obstruksi, maka makin berbahaya. Tetapi suatu obstruksi parsial dapat pula menimbulkan check valve phenomen, artinya udara dapat masuk pada jalan pernapasan akan tetapi tidak dapat keluar sehingga menimbulkan emfisema yang disebabkan oleh karena udara yang terperangkap (air tappering)
3.      Fase obstruksi yang terjadi
Pada obstruksi yang akut, kelainan perubhan faal baru, maupun hemodinamik lebih cepat timbul tanpa sempat dikompensasi oleh mekanisme tubuh.

E.     MANIFESTASI KLINIS
-       Tidak dapat bicara, bernafas, bersuara
-       Menunjukkan sikap tercekik (pasien memegang leher)
-       Cyanosis
-       Gerakan napas tidak teratur(tidak normal)
-       Colaps, tidak sadar
F.     KOMPLIKASI
1.      Nyeri abdomen,ekimosis
2.      Fraktur iga
3.      Cedera atau trauma pada organ-organ di bawah abdomen dan dada.
4.        Gagal nafas, kor pulmonal, septikemia
G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:
-          Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.
-          Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi
b.      Pemeriksaan faal baru
Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow rate)


c.       Pemeriksaan gas darah
Pada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCo2 . kecepat pernapasan yang 30 kali/menit masih dapt mengkompensasi sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi pada penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan pH terjadi secara cepat
H.    TINDAKAN KEPERAWATAN
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing:
1.      Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam mulut pasien dengan mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibukus dengan secarik kain, bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing
2.      Dihisap
-          Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari rungkai.
-          Buka mulut korban lebar-lebar
-          Hisap dengan bahan yang dapt meresap cairan
-          Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan semprot penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa penghisap mekanik/listrik
3.      Abdomen Thrust
Prosedur abdomen thrust
1.      Jika pasien dalam keadaan berdiri atau duduk:
a)    Anda berdiri di belakang klien
b)   Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lenan anda pada abdomen klien yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat atau umbilicus.
c)    Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah dalam dan atas.
d)   Jika diperlukan, ulangi abdominal trust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
e)    Kaji jalan napas sesering mungkin untuk memastikan kebersihan tindakan ini.
2.      Jika pasien dalam keadaan supine atau unconscious:
a.       Anda mengambil posisi berlutut atau mengangkangangi paha klien.
b.      Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda yang menempel di abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan di atas pusat atau umbilicus.
c.       Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada abdomen kea rah dalam dan atas
d.      Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
e.       Kaji jalan naps secara seng untuk memasitikan keberhasilan tindakan yang dilakukan.
f.       Jika perlu, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamaka mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau megil forcep.
4.      Chest trust
Tahap prosedur chest thrust
1.      Jika posisi klien dudu atau berdiri
a.       Anda berdiri di belakan klien
b.      Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas prosesus xipideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
c.       Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal. Jika perlu ulangi chest trhrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas
d.      Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
2.      Jika posisi klien supine
a.       Anda mengambil posisi berlutut atau mengakangi paha klien.
b.      Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda dan posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
c.       Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kea rah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d.      Kaji jalan naps secara sering untuk memastikan keberhasilan tindakan ini.
e.       Jika mungkian, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringhoskpi dan jika tampak utamakan mengestraksi benda asing tersebtu menggunakan Kelly atau megil forcep.
Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas yang di tangai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala beriktu ini:
1.      Secara mendadak tidak dapat berbicara
2.      Tanda-tanda umum tercekik dan rasa leher tercengkram
3.      Bunyiberisik selama inspirasi
4.      Penggunaan otot assesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.
5.      Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk
6.      Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7.      Bayi dan anak dengan distress respirasi mendadak disertai dengan dengan batuk, stidor atau wising.
Kontra indikasi dan perhatian
1.      Pada klien sadar, batuk volunteer menghasilan aliran udara yang besar dan dapat menghilangkan obstruksi.
2.      Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yang mengalami cedera dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur strnal (simon & Brenner, 1994).
3.      Pada klien yang sedang hamil tua atau yang sangat obesutas, disarankan dilakukan chest thrusts.
4.      Posisi tangan yang tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-organ yang ada di bawahnya selama dilakukan chest thrust.
I.       PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT
1.      Tentukan masalah yang menonjol, misalnya
-          Infeksi saluran napas
-          Gangguan keseimbangan asam basa
-          Gawat napas
2.      Triase untuk ke ruang rawat atau ICU
Penanganan di ruang rawat untuk eksaserbasi sedang dan berat (belum memerlukan ventilasi mekanik)
1.      Obat-obatan adekuat diberikan secara intravena dan nebuliser
2.      Terapi oksigen dengan dosis yang tepat, gunakan ventury mask
3.      Evaluasi ketat tanda-tanda gagal napas
4.      Segera pindah ke ICU bila ada indikasi penggunaan ventilasi mekanik
Indikasi perawatan ICU
1.      Sesak berat setelah penangan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat
2.      Kesadaran menurun, lethargi, atau kelemahan otot-otot respirsi
3.      Setelah pemberian osigen tetap terjadi hipoksemia atau perburukan
4.      Memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non invasif)
Tujuan perawatan ICU
1.      Pengawasan dan terapi intemsif
2.      Hindari inturbasi, bila diperlukan intubasi gunakan pola ventilasi mekanik yang tepat
3.      Mencegah kematian
Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah menjadi gagal napas segera atasi untuk mencegah kematian. Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi :
1.      Diagnosis beratnya eksaerbasi
-          Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal
-          Kesadaran
-          Tanda vital
-          Analisis gas darah
-          Pneomonia
2.      Terapi oksigen adekuat
Pada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama, bertujuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa. dapat dilakukan di ruang gawat darurat, ruang rawat atau di ICU. Sebaiknya dipertahankan Pao2 > 60 mmHg atau Sat O2 > 90%, evaluasi ketat hiperkapnia. gunakan sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan (ventury masks) 24%, 28% atau 32%. Perhatikan apakah sungkup rebreathing atau nonrebreathing, tergantung kadar Paco2 dan Pao2. Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi mekanik. Dalam penggunaan ventilasi mekanik usahakan dengan Noninvasive Positive Pressure Ventilation (NIPPV), bila tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan intubasi.
3.      Pemberian obat-obatan yang maksimal
Obat yang diperlukan pada eksaserbasi akut
a.       Antibiotik
-          Peningkatan jumlah sputum
-          Sputum berubah menjadi purulen
-          Peningkatan sesak
Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat dan komposisi kombinasi antibiotik yang mutakhir. Pemberian antibiotik di rumah sakit sebaiknya per drip atau intravena, sedangkan untuk rawat jalan bila eksaserbasi sedang sebaiknya kombinasi dengan makrolide, bila ringan dapat diberikan tunggal.
b.      Bronkodilator
Bila rawat jalan B-2 agonis dan antikolinorgik harus diberikan dengan peningkatan dosis. Inhaler masih cukup efektif bila digunkan dengan cara yang tepat, nebuliser dapat digunakan agar bronkodilator lebih efektif. Hati-hati dengan penggunaan nebuliser yang memakai oksigen sebagai kompressor, karena penggunaan oksigen 8-10 liter untuk menghasilkan uap dapat menyebabkan retensi CO2. Golongan xantin diberikan bersamasama dengan bronkodilator lainnya karena mempunyai efek memperkuat otot diafragma.
Dalam perawatan di rumah sakit, bronkodilator diberikan secara intravena dan nebuliser, dengan pemberian lebih sering perlu monitor ketat terhadap timbulnya palpitasi sebagai efek samping bronkodilator.
c.       Kortikosteroid
Tidak selalu diberikan tergantung derajat berat eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat diberikan secara intravena. Pemberian lebih dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak menimbulkan efek samping.
4.      Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan menghindari kelelahan otot bantu napas
5.      Ventilasi mekanik
Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi mortaliti dan morbiditi, dan memperbaiki simptom. Dahulukan penggunaan NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi
6.      Kondisi lain yang berkiatan
-          Monitor balans cairan elektrolit
-          Pengeluaran sputum
-          Gagal jantung atau aritmia
7.      Evaluasi ketat progesiviti penyakit
Penanganan yang tidak adekuat akan memperburuk eksaserbasi dan menyebabkan kematian. Monitor dan penanganan yang tepat dan segera dapat mencegah dan gagal napas berat dan menghindari penggunaan ventilasi mekanik. Indikasi penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi:
-          Sesak napas berat, pernapasan > 35 x/menit
-          Penggunaan obat respiratori dan pernapasan abdominal
-          Kesadaran menurun
-          Hipoksemia berat Pao2 < 50 mmHg
-          Asidosis pH < 7,25 dan hiperkapnia Paco2 > 60 mmHg
-          Komplikasi kardiovaskuler, hipotensi
-          Komplikasi lain, gangguan metabolik, sepsis, pneumonia, barotrauma, efusi pleura dan emboli masif
-          Penggunaan NIPPV yang gagal




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  PENGKAJIAN
a)      Identitas pasien
b)      Riwayat kesehatan yang lalu
-          Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
-          Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat atau factor lingkungan
-          Kaji riwayat perkerjaan pasien
c)      Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisis, dan eliminasi
1)   Ventilasi
-       Bunyi napas
Rongki basah atau mengi dapt terdengar pada bayak masalah pernapasan. Hilangya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebakan oleh adanya aspirasi benda asing.
-       Pernapasan
Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50 pernapasan/menit pada bayi atau >40 pernapasan/ menit pada anak-anak usia <3 tahun merupakan kondisi sensitive dan spensitifik adanya infeksi saluran pernapasan bawat.
-       Laju aliran ekspirasi
Jika pasien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan menggunakan peak floemeter. Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera keruang tindakan.


-       Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu. Jika tingkat SpO2 91 % atau kurang, diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.
-       Sputum
Jelaskan produsi seputum. Sputum merah muda yang berbusa merupakan tanda edema alveoli paru kardiogenik.
-       Dispnea
Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah distandarisasi
2)   Perfusi
-       Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung
-       Titik implus maksimal
Palpasi titik implus maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada dinding anterior dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di faris midklavikula
-       Distensi vena junggularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi semifowler dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri.
3)   Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimgulkan efek pada system saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan kesadaran.
d)     Kondisi pernapasa
-          Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus, tidak tersendat-sendat tidak menggeh-menggeh dan fungsi pernapasan baik
-          Bila menjawab terputus-putus, tersendat-sendat, menggeh-menggeh dan pungsi pernapasan terganggu.
-          Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerakan nafas, tidak ada hawa nafas dan pernafasan berhenti.
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawatan mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan pasen untuk mendengarm melihat, membaca, dan menulis dikaji, kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.
B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
2.      Gangguan bertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
3.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum)
C.  INTERVESNSI KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospaseme
Tujuan : mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi bersih dan jelas
Intervensi:
-          Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,ex: mengi
-          Kaji/ panatau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi atau ekspirasi
-          Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat
-          Tempat klien pada posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT.
-          Pertahankan polusi lingkungan minimum ,contoh:debu, asap dll
-          Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
-          Kolaborari dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi
2.      Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Tujuan : perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi:
-          Kai atau awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membrane mukosa
-          Awasi tanda vital dan irama jantung.
-          Kolaborasi: berika oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien.
-          Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya hipoksemai.
-          Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan atau udara.
-          Takikardia, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
3.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan trakeobrongkial, edema dan peningkatan produski sputum, menurunnya pungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, corpus alienum)
Tujuan : jalan nafas bersih dari sumbatan
Intervensi:
-          Kaji kepatenan jalan napas
-          Kaji pengembangan dada, kedalamman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paru
-          Monitor tekana dara, frekuensi pernapasan dan denyut nadi
-          Monitor lokasi selang endotraheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hati
-          Perhatikan bentuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada selang endotrakeal/ gudel dan adanya ronchi.
-          Lakukan suction bila diperluakn, batasi lamanya suction kurang dari 15 detik.
-          Dan lakukan pembeian oksigen 100 % sebelum melakukan suction
-          Observasi hasil pemeriksaan GDA
-          Anjurkan untuk minum air hangat
-          Berikan posisi yang nyaman (fowler atau semi fowler)
-          Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila membungkinkan.
-          Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi: postular drainase, perkusi dan vibrasi.
-          Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg BB/24 jam)
4.      Pola napas tidak efektif berhbungan dengan tidak adekuatnya bentilasi
Tujuan : polanapas adekuat
-       Kaji atau awasi secara rutin keadaan kulit dan membrane mukosa
-       Awasi tanda vital dan irama jantung
-       Kolaborasi: berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi l;oem
-       Sianosis mungkin perifer atau sentral menfidikasikan beratnya hipisemia
-       Penurunan tetaran vibrasi diduga adanya penggumpalan cairan atau udara
-       Takikardia, dosritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukakan efek hipoksemia sistemik


BAB IV
KESIMPULAN

Obstruksi saluran nafas kronis merupakan sekumpulan gejala dan tanda yang diakibatkan oleh sumbatan di saluaran nafas bagian atas. Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tidak dapat memberikan pernafasan buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung. Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karna benda tersebut menyumbat airway sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sada akan menjadi tidak sadar (karna otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi. Penyebab sumbatan yang banyak ditemukan adalah “makanan”.
Berbagai faktor  berperan  pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen (kelainan kogenita) yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan Obatruksi saluran nafas cronis perlu diperhatikan factor-faktor tersebut, sehingga pengobatan Obstruksi saluran nafas cronis menjadi lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA

PDPI. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: 2006. p. 1-18.
Riyanto BS, Hisyam B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, 2006. p. 984-5.
GOLD. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. USA: 2007. p. 6. [serial online] 2007. [Cited] 20 Juni 2008. Didapat dari :
GOLD. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA: 2007. p. 16-19. [serial online] 2007. [Cited] 20 Juni 2008. Didapat dari :









Tidak ada komentar:

Posting Komentar